Ken Belajar Hiking di Air Terjun Srambang

Entah aku itu kalau lihat gunung rasanya senenggg banget. Alam terlihat artistik, hawa sejuk, ayem ngono rasane. Jadi waktu main ke rumah saudara di daerah Brubuh, aku ajak Apak bablas ke selatan, menuju area lereng Gunung Lawu. Menikmati indahnya bentang alam yang berbukit-bukit hijau, ahh sungguh relaxing.




Aku pun melempar ide, "Yuk kita sekalian ke Air Terjun Srambang, Apak belum pernah kan?" Untung Apak menyetujui, kalau nggak, aku paling mbesengut sesore utuh...haha. Air terjun Srambang, terletak di desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi. Daerah ini berupa bukit-bukit dengan hutan pinus di bawah kekuasaan perhutani Lawu Utara. Air terjun Srambang mulai ramai waktu ada kejadian tanah longsor di daerah tersebut sekitar tahun 1996. Hihi aku masih inget banget dulu aku baca berita tentang longsor itu di majalah berbahasa jawa "Jayabaya". 

Aku sendiri baru sekali ke air terjun Srambang, itupun sudah hampir dua puluh tahun yang lalu. Dulu masih ada transportasi umum sampai ke Girimulyo, berupa bus-bus kecil. Sekarang karena makin maraknya motor, bus-bus itu berhenti beroperasi. Jadi kalau mau ke sana ya pakai motor/mobil sendiri. 

Dan ternyata 20 tahun telah mengacaukan memoriku. Aku sama sekali nggak ingat hahaha. Dari arah Jogorogo lurus terus ke atas, jalannya sudah bagus. Nah, sampai perempatan desa Girimulyo, kami celingak-celinguk. Aku nggak ada bayangan sama sekali mau ke kiri, kanan, atau bablas. Akhirnya nemu papan nama yang tulisannya hampir ilang, "Selamat Datang di Air Terjun Srambang". Akan tetapi papan nama itu juga memusingkan. Letaknya di pojokan, antara jalan ke kiri dan lurus, nggak dikasih tanda panah juga. Mau nanya juga nggak ada orang.

Akhirnya bablas deh, karena di depan terlihat tegaknya lereng-lereng hijau. Ketika ketemu orang kami berhenti untuk bertanya, dan ternyata kami salah. Harusnya di perempatan tadi belok kiri...uhuu, balik lagi lah. Belok sedikit, ketemu jalanan rusak parah, aspalnya mengelupas. Dan nggak jauh dari situ, terlihat gapura selamat datang di Air Terjun Srambang. Suasana sepi banget. Ada 2 warung mie ayam, dan  penitipan motor. Hanya terlihat satu orang di penitipan motor. Apak nanya-nanya lalu menitipkan motor di situ, kami mulai jalan. Jalannya masih jalan desa, berupa tatanan batu. Ken semangat banget jalan sendiri. 

Bisa lihat pohon pinus diambil getahnya

Jalan beberapa meter kami mulai bertanya-tanya, ini jalan desa lebar banget, belum ada tanda-tanda suara air terjun pula, apa nggak boleh motor masuk? Dan aku bener-bener lupa air terjunnya di sebelah mana hahaha. Dari arah depan ada embah2 yang memikul ember berisi getah pohon pinus, dan Apak nanya, masih jauh nggak ke air terjun? Lhah, kata embahnya masih jauh banget dan menyarankan kendaraannya dibawa saja hingga ke penitipan di atas sana deket loket karcis.

Apak balik lagi ambil motor, haha hiking nya di mana kalau naik motor gini?? Tapi ya bener lah, ketimbang gendong Ken kalau nanti ia sambat kesel, ternyata ke tempat beli tiket saja masih kira-kira 300 m, dengan menaiki bukit. Untung motornya kuat bawa kami berempat naik bukit. Beli tiket masuknya seorang 5 ribu dan anak-anak gratis. Dari situ motor masih bisa masuk beberapa puluh meter dan parkirnya sudah nggak bayar lagi.

Jalan setapak menuju air terjun
Di sini petualangan di mulai. Kendaraan nggak bisa masuk karena memang jalannya jalan setapak dan musti nyebrang-nyebrang sungai kecil yang jernih airnya, lagi dingin. Kiri kanan berupa hutan pinus yang diselingi aneka pepohonan dan rumput yang rimbun dan hijau. Kalau mau wisata hiking, tempat ini cocok banget lah pokoknya. Namun, karena memang lagi musim hujan, ada hewan serangga cenggeret nong banyak banget. Emang liat? Engga sih, hewannya nggak kelihatan, tapi suaranya sungguh cukup berisik. Ken berkali-kali menutup kupingnya.

Meski di luar tadi kelihatan sepi, tapi ternyata di area dalam sini lumayan rame. Ada rombongan anak-anak muda dan juga keluarga. Ada yang baru mulai perjalanan, ada yang sudah balik dari air terjun. Di sepanjang perjalanan, ada warung-warung kecil yang menyediakan makanan dan minuman. Berjalan baru kira-kira 150 m, aku ternyata sudah ngos-ngosan. Setengah sempoyongan, aku berhenti di sebuah bangku di pinggir jalan. Rasanya aku tak sanggup lagi semakin masuk ke hutan. Kepala terasa ngliyeng. Duh sayang banget kesehatanku nggak prima. Dulu itu perasaan dekat aja, tetapi kenapa sekarang bisa jadi modot adoh banget ya (inget umur lik!)
Ayo bun, lanjut..!
Apak pesan minum ke warung di dekat situ, dan kami akhirnya pindah duduk ke dalam warung. Ibu warung mengatakan kalau mau ke air terjun masih sangat jauh, kalau tak percaya aku disuruh nanya ke orang yang turun dari sana. Kebetulan ada mas-mas lewat "Mas, air terjun e jik adoh?", tanyaku. "Jik 50 kilo" jawabnya. Walah...mas nya ngaco, tapi maksudnya mungkin menggambarkan betapa masih lumayan jauhnya. Akhirnya malah ngobrol-ngobrol sama ibu warung, mengenang Srambang jaman dahulu

Petualangan kami cuma sampai warung itu saja xixi. Gagal deh mandi air terjun. Ya sudahlah kapan-kapan kalau sempat ke sini lagi. Di perjalanan pulang, melewati sungai kecil berair jernih, rasanya nggak puas kalau nggak nyemplung, idep-idep nggo gantine keceh air terjun. Ken sama kakak sepupunya seneng banget kecipak-kecipuk nyemplung-nyemplung. 

Kesimpulan: Hiking gagal total, tapi masih lumayan ding dapet beberapa puluh meter.
 
Airnya bening dan dingin

Tidak adanya kemajuan dalam pengelolaan potensi wisata ini, ada hikmahnya juga. Alamnya masih terjaga. Masih alami banget. Harapanku cuma semoga jalannya di aspal halus, dari perempatan Girimulyo hingga tempat penjualan tiket. Biar ada enak-enaknya dikit gitu para wisatawannya.


Sungai kecil


Comments

  1. Udah kesitu kok ngak nyampek ahh bu ne payah wkkwkw. Mungkin lebih enak ngak Di aspal biar lebih menantang 😂😂😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa, nyesell rasanya gak bisa nyampe air terjunnya

      Delete
  2. Perjalanannya agak menegangkan ya mb nana, kebayang sepinya area itu, cuma da kedai mie ayam 2 lagi hua, kok mendadak rada horror ya hahahah
    Tapi pas nemu grujukannya seger

    ReplyDelete
  3. Trmpatny masih 'prawan' ya mba...malah lbih exotic

    ReplyDelete
  4. Perjuangan bgt kayaknya nih perjalanan kesana...jd mikir mau maen ksana 😁. Tapi pemandangannya sebanding y mbak

    ReplyDelete
  5. Wahhh itu kereen banget. Paling suka lihat hutan ada sungainya begitu. Kapan2 lanjutin sampai air terjunnya, Mak. Biar kita lihat fotonya ��

    ReplyDelete
  6. Yah kenapa nggak sekalian aja, malah berhenti di warung hihihih... Saya kan penasaran sama air terjunnya :D Boyolali juga ada air terjun yang dapat dicapai dengan hiking dulu, namanya Semuncar. Saya malah belum pernah ke sana :D

    ReplyDelete
  7. Terus membayangkan ekspresi mba Nana kalau mbesengut...pasti tetep manis.
    Gunung dan airnya itu paduan seempurna yg bikin rileks mba..aku juga sukaaa.
    Tapi nunggu akses jalannya bagus aja lah kalau mo ke srambang..#gakmaususah qiqiqi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nunggu jalan bagus, berarti nggak akan pernah ke sana dunk mbak

      Delete
  8. Sayang banget nggak nyampe ke air terjunnya.

    Tapi pemandangannya seger, alami dan syahdu gitu

    ReplyDelete
  9. Ahh sayang jalannya rusak banget ya mba, kadang suka miris kalo ada tmpat Bagus tp fasilitasnya jelek kan sayang banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ngga ada inisiatif dari pihak yg berwenang kayaknya mbak

      Delete
  10. Sebagai seseorang yang tinggal di kota, saya seneng banget lihat foto sungainya. Segar. Mungkin ada bagusnya juga nggak usah diaspal. Biar ga terlalu ramai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang masih alami bgt mbak, ngga ada bagian yg dirusak untuk pembangunan

      Delete
  11. Oh baru tau kalo ada jackstar... Familiy restauran enak bener kali ya...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tembang Dolanan Jawa

Kolam Renang Taji, Magetan

Dokter THT di Karanganyar