Menjelajahi TMII Tak Cukup Sehari



           "Apaaaa?? Ke TMII lagiiii?? Aku sudah 3x ke sana. Tidak ikut ngga apa-apa deh" Itulah reaksiku waktu mengetahui rencana keluarga ketika kami berkunjung ke Jakarta beberapa waktu yang lalu. Sebenarnya bukan aku nggak suka main ke TMII, tetapi jauh-jauh hari aku sudah berencana untuk meet up sama Ambar dan Ita yang bermukim di Jakarta di hari itu. Sudah bertahun-tahun kami tak ketemu. Giliran hari H, masak aku begitu saja membatalkan. Rencananya kami bakal ketemuan di AEON mall BSD hari Minggu tanggal 3 April 2016. Kupaparkan lagi tentang rencanaku itu, tetapi tidak menemui titik terang juga. Menyingkronkan jadwal dengan saudara-saudara yang lainnya memang nggak mudah, apalagi mereka cuma stay 2 hari. Ya sudah, akhirnya aku yang memang berniat tinggal seminggu, yang akhirnya ngalah. "OK, besok ke TMII dan langsung bablas nginep di Bogor", kataku sendu sambil nge-WA Ita dan Ambar untuk mengabarkan pembatalan ketemuan.

Miniatur pulau di Indonesia yang legendaris itu

               Hari Minggu pagi, rombongan 2 mobil, 14 orang siap menyerbu TMII. Setelah perjalanan sekitar 45 menit, sampailah kita di tempat wisata yang legend banget sama rumah adatnya ini. Di gerbang kami membayar tiket masuk 10 ribu rupiah per orang, dan mobil juga dikenakan 10 rb rupiah. Menurutku harga tiketnya merakyat lah ya. Terjangkau oleh semua kalangan. Siip dehh. Tiket tersebut belum all in one sih, kalau mau menikmati wahana-wahana yang ada dan berbagai museum masih harus bayar lagi.  Tetapi, meski tak bermain di berbagai wahana, dengan 10 rb itu kita bisa melihat rumah adat dari seluruh Indonesia, menikmati suasana dan pemandangan yang ada, dan foto selfie di banyak spot...haha tetep ya. Sampai jempor deh itu kalau mau mengunjungi satu per satu. Meski sudah pernah ke sana tahun 1998, 2002 dan 2004, tetapi TMII ternyata terlalu luas untuk dieksplor. Aku belum menjelajahi tiap sudutnya, belum menengok semua attraction-nya, dan tetep senang naik kereta gantungnya. Iya, pertama sampai tujuan mbak Siti sudah wanti-wanti agar hal pertama yang dilakukan adalah naik kereta gantung. Karena dikhawatirkan makin siang antrian bakal berjubel. Jadilah kami langsung naik kereta gantung dengan tarif 40 rb rupiah pp. Satu kereta bisa dinaiki 4 orang.

Ken seneng naik kereta gantung

       TMII isinya tidak hanya rumah adat. Sekarang ini TMII merupakan tempat wisata paket lengkap. Dalam 1 hari tidaklah cukup untuk menjelajahi dan mencoba semua yang ada. Nyatanya, aku 4 kali ke sana, tak sempat juga masuk ke istana anak-anak yang kayak kastil di dongeng itu. Karena apa? Karena di TMII ada berbagai attraction, seperti museum,  rumah adat, tempat pertunjukan, taman burung, taman kaktus, istana anak-anak, kolam renang, kereta gantung, monorail dan lain sebagainya.
     Dalam setiap kunjunganku, biasanya hanya cukup untuk beberapa hal. Tahun 1998, kami hanya bisa mengunjungi beberapa rumah adat ditambah ke taman burung plus naik kereta gantung. Tahun 2004, kami mengunjungi beberapa rumah adat, berkeliling dengan mobil, plus mengunjungi museum transportasi. Lalu di 2016 ini setelah kami naik kereta gantung, lalu lanjut melihat beberapa rumah adat, yang karena keterbatasan waktu hanya sempat ke anjungan Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat, NTB, dan Toraja, plus naik monorail. 
Rumah adat Bali

Rumah adat Sumatera Barat
               Melihat perkembangan TMII dari waktu ke waktu yang makin bagus, di situ aku merasa senang, hehe. Karena apa? Dulu pernah ke suatu rumah adat, tetapi kondisinya tidak terawat. Berdebu dan ada beberapa barang yang lapuk. Melihatnya itu rasanya ikut sedih juga. Namun dengan adanya tren sekarang ini, semoga hal tersebut tidak terjadi lagi. Tren yang saya maksud adalah rumah-rumah adat itu bisa dipakai pengunjung (mungkin disewa gitu) untuk melakukan berbagai kegiatan. Seperti yang saya lihat kemarin, ada kegiatan semacam arisan dari orang-orang Batak di salah satu rumah adat Sumatera Utara. Lalu ada perayaan paskah di anjungan rumah adat Toraja. Lalu ada kegiatan juga di anjungan daerah Jawa Timur. Melihat itu kakakku langsung nyeletuk " Wah ntar kalau arisan warga D,  di sini ajalah, di Anjungan Jawa Timur". Dengan dipakai untuk berbagai kegiatan tersebut, tentunya rumah adat jadi lebih terasa hidup. Tidak hampa dan berdebu.

Mau ke sini belum kesampaian juga

         Karena hari itu hari Minggu, maka suasana di sana cukup ramai. Kulihat banyak yang melakukan kegiatan kumpul-kumpul. Ada yang di rumah adat, ada yang di gedung serba guna, ada yang piknik bergerombol di bawah pohon teduh sambil memainkan musik tradisional, dsb. Melihat itu aku jadi berpikir, pasti asyik jika di setiap anjungan rumah adat ada yang memainkan musik tradisionalnya, menyediakan makanan khas-nya, atau pertunjukan tari. Mungkin akan lebih semarak. Ya tidak perlu tiap hari. Mungkin pas weekend atau hari libur saja. Untuk kegiatan itu bisa merangkul orang-orang daerah yang berada di Jakarta untuk menghidupkan tiap-tiap anjungan. 
      Setelah kaki cukup pegal, sekitar pukul 16.30 kami menyudahi kegiatan kami, dan bergegas melanjutkan perjalanan kami ke Bogor. Ta..ta...

Comments

  1. Klo di tmii paling suka pas tour ke anjungannya hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga suka mbak Nita, tapi belum kelar semuanya

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tembang Dolanan Jawa

Kolam Renang Taji, Magetan

Dokter THT di Karanganyar