Kekonyolan Naik KRL


Naik KRL dari Bogor

Bagi kami, tiap kali mengunjungi kota Jakarta, rasanya tak lengkap kalau nggak naik KRL... karena aku sama Ken senang dengan kereta. Lagian, di daerah kami nggak ada KRL. Entah kalau Apak, senang atau biasa saja layaknya moda transportasi umum lainnya. Gelagatnya sih biasa saja sepertinya wkwkwk. Yo wis lah...Lupakan perkara Apak yang kayaknya biasa saja sama kereta, sekarang kita ingat-ingat kembali, ada kejadian apa saja yang berkaitan dengan KRL. Oh ya, kasus-kasus ini terjadi pada tahun 2016 dan 2018 Check these out!

1. Salah Jurusan

A. Karena jarang-jarang naik KRL, kami suka lupa kalau ada beberapa jurusan. Seringnya karena terlalu histeria KRL ada yang datang, kami abai dengan tujuan kereta tersebut. Sehingga terjadilah adegan salah kereta. Waktu itu kami dari Depok hendak ke BSD. Harusnya kami naik kereta jurusan Tanah Abang/Jatinegara. Ternyata kereta yang kami naiki jurusan Jakarta Kota. Akhirnya turunlah di Stasiun Tanjung Barat, lalu ganti KRL jurusan yang kami maksud. 

B. Dari Depok, kami hendak ke Pasar Senen. Harusnya kami naik jurusan Jatinegara. Seingatku aku juga lihat tulisan di kereta itu "Jatinegara". Tapi setelah di dalam dan melewati berbagai stasiun, aku dengar pengumuman kalau hendak sampai Cikini. Aku kaget, loh kok bisa sampai Cikini. Harusnya kan tidak melewati Stasiun Cikini. Buru-buru aku cek rutenya. Lah, ini jurusan Jakarta Kota ternyata. Akhirnya kuputuskan untuk turun di Stasiun Gondangdia. Kemudian lanjut naik Grab ke Pasar Senen.

2. Salah Turun

Kejadian ini cukup menguras erosi..eh emosi. Kami dari BSD hendak ke Beji, Depok. Dari Tanah Abang kami naik KRL jurusan Bogor. Tadi waktu beli tiket, ngomongnya turun Depok gitu. Ngga nyangka ternyata waktu lihat-lihat rute di dalam kereta, ada dua stasiun di Depok. Yaitu Depok sama Depok Baru. Kami pun bingung, ini turun di stasiun yang mana ya. Suami nggak mau menanyakan ke saudara. Tak suruh lihat Google Map, biar bisa melihat rumahnya lebih dekat ke stasiun mana. Eh nggak antusias. Bingung sendiri. Padahal dia sudah pernah tinggal di Depok setahun lamanya. Paling nggak kan tahu gambaran Depok gitu. 

Akhirnya sesuai tiket, kami turun di Depok. Sambil beli cemilan, Apak nanya ke Abang penjualnya sambil sodorin alamat. Katanya bisa naik angkot atau taksi, tapi masih cukup jauh, harusnya tadi turun stasiun Depok Baru saja. Akhirnya kami balik naik KRL lagi ke Depok Baru.

3. Kebelet BAB

Waktu itu Ken berumur 3 tahun kurang sedikit. Dalam perjalanan dari Tanah Abang ke Rawa Buntu, dia bilang kebelet BAB. Waduuhh.... gimana ini. Takut kebrojolan kalau suruh nahan, langsung kupakaiin pospak. Aku waktu itu memang masih sedia pospak di tas untuk jaga-jaga hal darurat, karena dia masih belum lihai menahan pipis. Dan bener aja, tak berapa lama dia bilang dia BAB di pospak wkwkwk... sama budhenya, aku disuruh olesin minyak kayu putih banyak-banyak untuk menyamarkan, kalau-kalau ada bau yang "aneh"

4. Kebelet pipis

Kejadian ini tahun 2018 lalu dalam perjalanan ke Cilebut, Bogor. Ken bilang kebelet pipis waktu sudah hampir sampai. Tinggal beberapa stasiun lagi. Ditanyain masih kuat nggak. Katanya masih. Tapi aku takut kalau malah ngompol dan juga kasihan harus nahan pipis, akhirnya kami turun di Stasiun Bojong Gede. Pipis di toilet, lanjut tunggu kereta berikutnya. Untunglah enak kalau naik KRL itu, mau ganti-ganti kereta gak masalah, gak bayar lagi, asal nggak keluar stasiun.

5. Salah nge-Tap

Kalau nggak biasa, urusan nempelin kartu ke sensor itu bisa bikin runyam juga. Seperti apa yang kami alami ini.

A. Di Stasiun Rawa Buntu, tahun 2016. Setelah beli tiket, kami dapat kartu untuk ditempelkan ke pintu masuk. Agar palangnya terbuka. Karena kami bukan orang kidal, otomatis kami memegang dengan tangan kanan, lalu menempelkan di pintu sisi kanan kami. Alhasil, kami membukakan pintu di sebelah kanan kami masing-masing. Yang mana Apak membukakan palang pintuku, dan aku membuka palang pintu di sebelah kananku, yang kebetulan kosong. Wkwkwk. Makanya mau apa-apa itu harus tengok-tengok sekeliling dan amati dulu.

B. Di Stasiun Depok, tahun 2018. Setelah dapat kartu kami dengan PD ke pintu masuk dan langsung nge-tap. Beberapa saat kutunggu palang pintu nggak ada reaksi. Kucoba dorong juga ngga bisa. Lah ini gimana sih?! Akhirnya dibantu petugas, dan didorongin palangnya. Masyaallah, ternyata habis nge-tap, palang langsung didorong aja. Lah, seingatku, setelah nge-tap, palang akan membuka sendiri (otomatis). Pantesan aja, aku tunggu-tunggu, palangnya diam saja wkwkwk. Lha selama nunggu itu, waktunya dah habis. Sehingga waktu aku dorong juga nggak bisa. Sekali lagi membuktikan, kalau nggak biasa itu sebaiknya jangan grusa-grusu, amati dulu aja sekeliling.


Comments

  1. Jadi inget pernah salah tap juga. Tapi yang itu pas naik Transjakarta. Sempat mikir kartunya yang rusak, ternyata saya yang salah tap. -_-

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tembang Dolanan Jawa

Kolam Renang Taji, Magetan

Dokter THT di Karanganyar