Menanamkan Kejujuran pada Anak Melalui Gernas Manjur


  •  Gerakan Nasional Pembelajaran Aku Anak Jujur

Pada tanggal 20 Mei 2017, hari sabtu kemarin dulu, diadakan kegiatan GERNAS MANJUR (Gerakan Nasional Pembelajaran Aku Anak Jujur) secara serentak di PAUD seluruh Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan oleh HIMPAUDI atas kerja sama dengan Kementrian pendidikan dan kebudayaan dan juga KPK. Nah, sekolah Ken kebagian menyelenggarakan kegiatan ini juga. Mengajarkan kejujuran memang harus sejak dini, makanya program ini menyasar kepada anak-anak PAUD.

 Kegiatan Gernas Manjur yang utama adalah kegiatan parenting, kali ini menghadirkan nara sumber yaitu mbak Niya Ayu Murti S.Pd yang memberi paparan tentang pentingnya nilai kejujuran. Sebagaimana kita lihat di TV dan juga di sekitar kita bahwa penerapan nilai kejujuran sangat kurang. Misal, pernah booming kan waktu itu berita ujian nasional rame-rame nyontek, yang nggak hanya siswa tetapi guru juga terlibat. Korupsi yang meraja lela, acuh sama peraturan demi kepentingan pribadi dll. Untuk yang terakhir ini, terlihat sekali masyarakat kita masih rendah sekali kesadarannya. Peraturan kalau cuma tertulis sebagai peringatan, tak akan dipatuhi. Baru patuh kalau ada petugas yang memaksa, itupun masih ada juga yang ngeyel.


Selain parenting, di acara Gernas Manjur ada juga senam KPK dan menyanyikan lagu aku anak jujur. Senamnya asyik juga lho, aku ikut berlatih...seruu. Di youtube ada kok videonya. Cari saja senam KPK, mbaknya yang meperagakan pakai baju kuning merah. Senam ini bisa kita praktikkan dengan anak-anak kita di rumah, lagu pengiringnya ceria dan bersemangat. "Yo...ayo kita mengembara... Di banyak cerita...hahaha | Anak berani...tak pernah berbohong...anak jujur... Hidupnya bahagiaaaa". 


Selain senam, KPK juga mempunyai lagu untuk anak-anak, seperti yang satu ini. Ken juga jadi hafal lagunya, ini dia lirik lagu "Aku Anak Jujur"

Aku anak jujur
Bicaraku harus jujur
Bertindakku akan jujur
Perilakuku pasti jujur

Jujur dengan Tuhan
Jujur dengan ayah bunda
Jujur dengan teman-teman
Jujur dengan semuanya

Yo..ayo..mari kita jujur
Mari mulai dari diri sendiri
Yo...ayo..sukseskan gernas manjur
Gerakan nasional pembelajaran anak jujur

  • Menanamkan Perilaku Jujur pada Anak
Aku tentu juga ingin anakku mempunyai sifat jujur. Salah satu cara yang kulakukan untuk menanamkan kejujuran adalah dengan menghargai bicaranya. Selalu berusaha menganggap penting ceritanya, dan antusias mendengarkan dan menanggapi. Kalau dia melakukan hal yang agak gimana gitu, aku berusaha untuk tidak marah. Misal pulang main nangis, lututnya berdarah. Paling aku bersihkan lututnya dan menenangkannya. Baru nanti aku bertanya kejadiannya gimana. Lain waktu pulang-pulang badan basah kuyup dan kotor, aku minta dia mandi. Setelah bersih atau sambil mandiin aku nanya dengan sok manis "seronokkah mainannya?" tadi main apa? Sama siapa saja?
 

Selain itu, untuk membiasakan dia minta izin dan terbuka tentang apa yang akan dilakukanya, aku hampir selalu meluluskan apa yang dia ingin ketika dia minta izin (dalam hal ini minta izin melakukan sesuatu, bukan minta barang. Kalau minta barang malah kebalikannya, kan aku emak ngirit hehe). Bagiku dia minta izin saja sudah hal yang bagus. Jadi dia minta izin mau hujan-hujanan, boleh; minta izin mau becek-becekan, boleh; minta izin mau main ke lapangan, boleh, dll. Selama nggak ada sebab tertentu, aku biasanya ngebolehin aja. Sebab tertentu itu misal, lagi pilek terus minta izin hujan-hujanan, nah kalau kayak gitu gak kuizinin.
Goal yang ingin kusasar adalah dia tidak takut untuk meminta izin, sehingga tidak sembunyi-sembunyi untuk melakukan sesuatu.

Kemudian, aku juga mencoba untuk menanamkan perilaku untuk tidak memakai/mengambil kepunyaan orang lain tanpa izin. Contohnya saja, dia ingin memakai tablet sepupunya, padahal sepupunya masih sekolah. Rumah sepupunya memang gandeng satu halaman. Dia memohon-mohon untuk mengambilkan tablet itu, dan aku bolak-balik menegaskan kalau mas nggak ada di rumah, kita nggak bisa minta izin, jadi nggak bisa main tablet itu sekarang. Nantilah kalau mas pulang, kita pinjam.

Namun pada penerapan sehari-hari tidak selalu mulus juga, pernah dia main nggak minta izin, awalnya main di halaman, lama-lama di jalan depan rumah lalu sampai lapangan. Kalau gitu pulangnya aku ingetin, kalau main harus bilang dulu biar bunda nggak bingung nyariin.

Apakah teman-teman punya tips lainnya? Soalnya aku memang ingin banget anakku jadi pribadi yang terbuka sama orang tuanya. Share dong!

Update contoh kasus:

Beberapa hari lalu, Ken tergopoh-gopoh menyusulku di dapur. Dia langsung laporan kalau habis menelan permen karet dengan tidak sengaja. Raut mukanya menunjukkan kecemasan. Aku berusaha tenang, dan mencoba bertanya kejadiannya. Setelah dia bercerita, lalu kucoba membuatnya muntah, maksudku biar permen itu keluar. Tapi tak berhasil. Lalu kubilang, udah terlanjur masuk kerongkongan, besok biar keluar sendiri barengan BAB.  Lalu kunasehati, jangan makan permen karet dulu sampai mudheng cara makannya.  Eh, kemudian dia mewanti-wanti aku, "Jangan bilang Apak, ya bun?" "Lha, kenapa?" "Nanti Apak pasti bilang "Lha kok isa?"

Akhirnya kucoba jelaskan, kita harus ngomong apak, biar apak tahu, dan nanti bisa membantu lihatin BAB-nya, apa permen karetnya udah keluar belum. Aku coba beri penjelasan yang masuk akal baginya. Dia masih ogah. Lalu kutawarkan untuk bantuin ngomong ke Apak malam harinya. Akhirnya dia setuju.

Comments

Popular posts from this blog

Tembang Dolanan Jawa

Kolam Renang Taji, Magetan

Dokter THT di Karanganyar