Ibu Rumah Tangga Penuh Semangat di Usia Cantik


Umur kami terpaut cukup jauh, yakni 11 tahun, tapi entah kenapa banyak orang-orang yang keliru mengenali kami. Terutama simbah-simbah di kampung halaman sana dan orang-orang di sekitarnya yang baru melihat aku. Kalau aku berkunjung ke rumahnya, pasti ada tetangganya atau pengunjung tokonya yang menyapaku dengan gaya seolah-olah aku kenal mereka. Setelah aku cuma membalas dengan senyum saja, baru mereka tersadar. Padahal wajah kami miripnya cuma sedikit saja, dan perawakan ini juga jauh berbeda, aku super langsing dan ia cukup besar. Mbak Siti, begitulah aku memanggil kakakku nomor dua ini. Sebagai seorang kakak menurutku ia memberi banyak inspirasi.  Ya, meskipun sekarang sudah memasuki usia cantik, yaitu 43 tahun, namun energi dan semangatnya laksana anak muda.


Memilih Jadi Ibu Rumah Tangga 


Seperti tak pernah punya lelah, begitulah ia di mataku. Beberapa tahun setelah kelahiran anak pertamanya, ia lebih  memilih untuk menjadi stay at home mom. Meski begitu, ia tidak berhenti untuk belajar. Diikutinya berbagai kursus, seperti kursus menjahit, kursus kecantikan bahkan juga kursus gitar. Kemudian ia juga membuka toko kelontong. Mempunyai banyak aktivitas tidak membuatnya abai terhadap anak, contohnya saja selalu memantau pelajaran anak, mendampingi belajar, membuatkan bekal sekolah, mendengarkan cerita anak-anak, mensupport kegiatan positif anak dsb. Hingga tak heran, anak-anak bisa begitu dekat dengannya. Bahkan ketika sekarang anak-anaknya sudah remaja dan tinggal di sekolah berasrama, ia rela bolak-balik naik bus sendirian melalui jarak lebih dari 500 kilometer sebulan sekali atau bahkan dua kali untuk menjenguk buah hatinya.


Bermimpi Mendaki Gunung Lawu


Di sela-sela mendampingi kedua putranya dan mengurus rumah tangga, ia tetap punya mimpi. Tahun 2010, ketika itu berusia 37 tahun, ia bermimpi untuk bisa mendaki hingga ke puncak Gunung Lawu. Mendaki gunung tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi bagi orang yang belum pernah melakukan kegiatan-kegiatan serupa. Perlu tekad, energi yang cukup besar dan kondisi fisik yang prima untuk menaklukkan puncak Hargo Dumilah yang berketinggian 3.265 m dpl itu. Setelah mendapatkan penjelasan dari orang yang sering naik gunung alias adikku cowok, mbak Siti benar-benar ingin mewujudkan keinginannya. Selama sebulan penuh ia berlatih fisik, seperti jogging setiap hari.  Akhirnya mimpi pun tercapai, selangkah demi selangkah ia berhasil menapakkan kakinya di puncak Lawu dan turun kembali dengan selamat.

wanita naik gunung
Di puncak Lawu.
Mbak Siti yang berjaket kuning


Bermimpi untuk Sekolah Lagi


Tahun 2012, mbak Siti mencoba mengejar mimpinya yang lain. Ia ingin menambah ilmunya dengan bersekolah lagi di Institut Ilmu Al-Quran (IIQ). Mungkin bukan hal yang aneh ya, ibu-ibu jaman sekarang bersekolah kembali, yang kebanyakan mengambil program S2. Tetapi ia tidak mengambil program S2. Dulu sebelum bekerja sekolahnya adalah D3, jadi sekarang ia memilih program S1. Di IIQ ini ia mengambil jurusan tarbiyah, yang mana teman-teman sekelasnya adalah anak-anak lulusan setara SMA. Mungkin bisa dibayangkan, mbak Siti jadi yang paling tua di angkatannya. Teman-temannya memanggil "ibu" padanya. Meski beda umur 20-an tahun tidak membuatnya berkecil hati, ia bisa luwes dalam bergaul di kelas.

Dalam masalah umur berbeda jauh, begitu juga dengan background knowledge yang dimilikinya, sangat berbeda dengan teman-temannya. Mayoritas, atau bahkan bisa dibilang semua teman-temannya berasal dari pondok pesantren ataupun sekolah berbasis agama Islam. Mereka banyak yang sudah mahir bahasa Arab ataupun hafalan Al-Quran berjus-jus. Sementara mbak Siti belum menguasai hal-hal tersebut. Sekolahnya dulu berasal dari sekolah umum, dan pengetahuan agamanya juga bisa dibilang pas-pasan. Namun ternyata itu semua tak menyurutkan niatnya untuk menimba ilmu di sana.

Merasa kalah kemampuan dibanding teman-temannya, ia menjadi bersemangat untuk mengejar ketertinggalannya. Ia rajin kuliah, mencatat, membuat presentasi, bertanya pada teman sekelas yang lebih tahu dan sebagainya. Bahkan ia sering memotret materi di LCD dan merekam ceramah dosen biar bisa mendalami lagi di rumah, mengingat masih banyak istilah yang baru didengarnya. Justru karena merasa belum bisa, ia selalu memperhatikan penjelasan dan perintah dosen, sehingga tidak pernah lupa atau terlambat mengumpulkan tugas.

Memang, perlu effort yang lebih baginya dibanding teman-temannya dalam menjalani perkuliahan ini, seperti misalnya dalam hal target menghafal Al-Quran, yang mana mahasiswa diwajibkan setor hafalan satu halaman tiap hari tertentu. Tentu tak mudah baginya, karena fokusnya terpecah ke berbagai hal; anak, suami, urusan rumah tangga, toko, ibu RT (Rukun Tetangga) . Bandingkan dengan teman-temannya yang tinggal di asrama, mereka tinggal fokus ke hafalan saja, kan? Begitu juga dengan bahasa Arab, dia harus mempelajari dari nol, sementara teman-temannya banyak yang sudah mahir, ataupun paling tidak sudah pernah mendapat pelajaran tersebut di sekolah sebelumnya.

Pada akhirnya, "ketekunan memberikan buah yang manis". Berkat usaha kerasnya, tahun 2016 ini, mbak Siti berhasil menyelesaikan studinya. Kami semua ikut bangga, karena kami tahu perjuangannya, seperti misalnya ketika menengok anak atau ortu di kampung, ia sampai membawa-bawa buku dan mengulang-ulang hafalan sambil beraktivitas. 

wisuda sekolah
Saat acara wisuda kelulusan
bulan Agustus kemarin


Bermimpi untuk Memajukan Kampung Halaman


Hidup merantau di kota lain ternyata tidak membuatnya lupa akan tempat asalnya. Ia ingin juga berkontribusi untuk kemajuan masyarakat, namun apa daya, karena jarak yang terpisah jauh, ia tak bisa terjun langsung. Salah satu mimpinya adalah mendirikan taman baca. Ia ingin anak-anak mempunyai minat baca sejak dini. Sebenarnya ia sudah siap untuk mendukung baik moril maupun materiil, akan tetapi di kampung ia belum menemukan SDM yang bisa menjadi pelaksana, sehingga mimpinya belum terwujud hingga sekarang. Beberapa kegiatan, berkolaborasi dengan berbagai pihak lain memang sudah berhasil terlaksana, seperti mengadakan kegiatan ramadhan, pengajian akbar, dll. Namun lebih dari itu ia menginginkan kegiatan lain yang berkesinambungan. 

Sekarang dengan kondisi anak yang sudah menginjak remaja, mbak Siti punya waktu lebih untuk dirinya sendiri. Makin umur bertambah menapaki usia cantik, makin semangat pula untuk berbuat lebih untuk menggapai mimpi-mimpinya.

“Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift.”

Comments

  1. sangat semngat sekali
    dalam menggapai segalanya :)
    salut deh




    ---
    Supplier Tas Terbesar

    ReplyDelete
  2. Mbaknyu nya seusiaku ya mba. Wah, Mba Ratna jauh dibawahku ternyata.
    Hebat, masih semangat kuliah lagi.

    ReplyDelete
  3. Menarik infonya, semoga bisa menjadi ibu rumah tangga yang penuh semangat

    ReplyDelete
  4. Ya ampuuun hebat bgt..ga berhenti belajar.. aq jg pengen bgt bs naik lawu. Inspiratif bgt.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak wied kalau mau ke Lawu kan deket tuhhh...

      Delete
  5. Ndisek aku Yo tau Munggah Lawu nak sak Iki blas ....senang sekali membaca ini aku jadi malu sendiri ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo Pek, tambah usia ganteng tambah semangat juga

      Delete
  6. Liknana besok2 ganti ya judulnya # usia ganteng heheee😁😁😁😁

    ReplyDelete
  7. Aiiih..semangat Mbaknya menohok aku.. Jadi pengen lanjut kuliah juga..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanti kalau Aga dah mandiri, lanjuuut lagi ya mbak ;)

      Delete
  8. selamat ya untuk mbak siti yang sudah menyelesaikan studinya di usia yang cantik ini. Semoga nanti di usia tampanku juga bisa menyelesaikan studi kehidupn dengan baik hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha.,,semoga di usia tampan jg tambah semangat ya mas Jun!

      Delete
  9. Terharu bacanya. Semangat untuk menggapai cita-cita ^^

    ReplyDelete
  10. Mbaa, kemarin aku juga pikir itu dirimu lhoo 😅

    Aku salut deh sama semangatnya Mba Siti!

    ReplyDelete
  11. Terima kasih atas kunjungan teman2 semua, maaf gak bisa jawab komennya satu2 (gangguan teknis). Semoga ceritanya memberikan inspirasi bagi yg membacanya.

    ReplyDelete
  12. Wah mbakNya suka berpetualang juga ya, sampe ke Gunung Lawu juga... semangat mbak Nana

    ReplyDelete
  13. Wah mb siti punya jiwa oetualang juga ternyata
    Akupun pengen suatu hari bisa ngedaki gunung hihi, kayaknya seru aja n biar nda kalah sama yg muda2

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Nita kan masihh muuudaaa (ketimbang mbak Siti hehe)

      Delete
  14. Mantap... Usia dan peran sebagai ibu rumah tangga sama sekali tak menghalangi untuk belajar dan mengembangkan diri... Semangatnya patut dicontoh oleh generasi muda seperti saya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, saya yg lebih muda malah kalah semangat

      Delete
  15. woww... mba-nya hebat. sosok inspiratif nih mba... :)

    ReplyDelete
  16. wuihhh...hebat Mbak Siti!!

    memang belajar itu tidak berbatas usia ya!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tembang Dolanan Jawa

Kolam Renang Taji, Magetan

Dokter THT di Karanganyar