#KamisMemories | Radio Baterai

            Beberapa waktu lalu aku ditelpon ibuk, beliau pesan minta dicariin radio baterai. Itu lhoo, radio yang dayanya pakai 2 - 4 batu baterai yang segede gula jawa. Mengapa jaman modern kayak gini malah nyarinya yang model jadul? Padahal kan radio sekarang makin canggih, bisa disambungin pakai usb segala, atau bisa di charge pakai listrik. Kata ibuku sih biar enak, bisa dibawa kemana-mana. Akhirnya aku mengunjungi salah satu toko elektronik di kota Solo, 13 tahun yang lalu aku pernah juga beli radio di situ. Ternyata sekarang toko itu tidak lagi menjual radio, dan menyarankan kami untuk pergi ke Pasar Elektronik Ngarsopuro. Wah, aku baru tahu tempat itu, padahal sering lewat juga. Alhamdulillah,
di sana kutemukan tipe radio yang kucari.
         Ngomongin soal radio jadi inget masa kecilku. Radio itu hiburan yang the best lah pokoknya. Ya gimana ngga, punya TV hitam putih berbentuk kotak kayu itu channelnya cuma TVRI. Itu aja dayanya pakai aki yang cepet banget habisnya, jadi harus diirit-irit. Kalau pakai aki itu, lucunya makin habis akinya makin kecil layar TV-nya. Mana isi ulang aki itu harus ke kota kabupaten yang jaraknya sekitar 20 km, perjuangan banget kan itu mau nonton "Album Minggu Kita dan Oshin" haha.
         Kata bapakku nih, dulu tahun 1967, baru keluargaku yang punya radio. Itu juga radio bekas pemberian saudara. Sehingga kotak ajaib itu menjadi alat hiburan, yang bisa menyihir warga untuk berkumpul bersama di rumahku mendengarkan radio. Tiap abis Isya, berdatangan para warga mendengarkan siaran ludruk, ketoprak, wayang, dsb. Kalau pas ada siaran wayang, wah bisa semalaman mereka begadang bersama. Kalau pas kecilku sih tiap rumah udah punya radio sendiri-sendiri. Yang kuingat, merk radio yang jamak ditemukan adalah "National".

Radio Baterai

      Radio itu memang fleksibel ya, bisa dibawa kemana-mana. Tambahan lagi ga harus diliatin terus kayak TV. Jadi bisa disambi ngerjain apa aja. Aku dulu suka bawa-bawa radio tua sambil bantuin masak, nyuci, siram-siram tanaman, bahkan membawanya ke atas pohon jambu. Hobiku dulu emang nangkring di atas pohon jambu di samping rumah yang buahnya selalu lebat. Dan radio jadi teman yang sangat pas. Aku suka dengerin lagu-lagu sama sandiwara radio. Jaman sekarang sandiwara radio udah ngga ada ya. Kalaupun ada itu juga mutar ulang sandiwara jaman dahulu. Sampai kuliah pun, radio selalu jadi pendamping di kamarku. Eh iya, terakhir tahun 2009 ding masih dengerin sandiwara mini pas bulan puasa di Prambors, dengan tema kehidupan remaja gitu.
       Satu program radio yang membekas jadi kenangan dan masih eksis sampai sekarang adalah SIARAN PEDESAAN RRI SURABAYA. Entah sejak kapan acara ini bermula, yang jelas sejak aku balita acara ini sudah ada. Dari dulu hingga kini (9 Desember 2015), jam siarnya juga sama, pukul 5 pagi. Aku masih ingat, dulu waktu kecil tiap bangun tidur pasti mendapati bapakku dengerin siaran ini sambil nepokin nyamuk yang lolos masuk kelambu. Gending pembuka dan penutupnya itu lhoh.. Legend banget deh..selalu terkenang, dan sampai sekarang aku coba dengerin lagi, masih tetep sama, ....... "Murah sandang pangan, seger kuwarasan .... " #nongnong ning nong.
      Siaran tersebut aku rasa sangat bagus memang untuk menambah ilmu warga desa yang mayoritas petani. Jadi ini semacam penyuluhan warga gitu lah. Temanya bermacam-macam, seputar pertanian, kehidupan masyarakat dan kesehatan. Beberapa tema yang aku dengar dalam beberapa hari ini yaitu, menanam buah naga, bertanam hidroponik, pilkada, dan membuat pupuk cair. Acara dikemas dengan dialog para pemeran. Jadi pake adegan gitu lah. Umpamanya yang tema pilkada, pertama si ayah dan ibu bertengkar hebat karena perbedaan pilihan pada calon pemimpin. Lalu datang tetangganya, yang kemudian memberi nasehat-nasehat terkait pilkada. Gitu2 deh. Ya semoga aja acara ini bakalan eksis terus, karena bisa menjadi sarana mendapatkan ilmu bagi warga desa.

Comments

  1. dulu almarhum papa punya radio baterai seperti ini mak dan beliau lebih suka mendengarkan siaran radio dibanding nonton tv..
    tapi setelah papa meninggal radionya gak pernah diputar lagi :(

    ReplyDelete
  2. Orang2 tua sepertinya memang lebih suka dengerin radio ktimbang liat tv.

    ReplyDelete
  3. Ngga punya musiknya mas, cuma dengerin aja di radio

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tembang Dolanan Jawa

Kolam Renang Taji, Magetan

Dokter THT di Karanganyar